Rabu, 14 November 2012

Mahasiswi Pesta Sex ML, Bokep Mesum Porno Baru

Atas Permintaan Visitor A R T I K E L *** D E W A S A ini di BUAT!!! Maaf Yah PERINGATAN: Situs ini berisi materi seksual eksplisit dan ditujukan hanya untuk orang dewasa saja! Jika Anda mudah tersinggung oleh dan atau jika Anda tidak dapat melihat jenis bahan di mana Anda berada, HARAP EXIT SEKARANG!
sumber: http://pasar-memek.blogspot.com/2010/03/mahasiswi-pesta-sex-ml-bokep-mesum.html

Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Bakri dan Fandy (baca Akibat Berenang Bugil), selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Lidya dan Dian, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Rani yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Lidya dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah toket yang bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Lidya tidak sulit diajak ‘naik ranjang’ karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Dian mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang Dian, bodynya pun tidak kalah dari Lidya walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Dian termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.

Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Lidya protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Dian yang ikut mendukung Lidya karena pacarnya juga tidak boleh diajak.

“Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ci, masa si Chevy aja ga boleh ikutan ?” kata Dian.

“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih” timpal Lidya

“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh ! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”

Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Bakri dan Fandy.

Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Bakri lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Bakri tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Bakri seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Lidya yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah bertoket rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Fandy. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Dian yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

“Eh…sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka

Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya

“Wei…gila lo Ci, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana ?” tegur Dian

“Iya Ci, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng gimana tuh” sambung Lidya

“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Bakri udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku sambil menarik tangan Lidya. Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Lidya baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Dian yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.

“Ci, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Lidya

Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.

“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Bakri dan Fandy segera kesini karena pesta akan segera dimulai.


“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Fandy sambil menutup gagang telepon.

Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.

“Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng” kata Pak Bakri

“Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng” ujar Fandy merujuk pada Dian.

“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu”

Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Lidya. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Dian sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Lidya masih berendam di air.

“Lidya, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih” pintaku padanya “lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”

Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Bakri dan Fandy yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Lidya memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.

“Kenapa Ci, ada perlu apa emang ?” tanyanya.

“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka. Sebelum Lidya sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Lidya yang terkejut tentu saja meronta-ronta , namun pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Bakri dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Fandy berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Lidya.

“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Fandy sambil menyentuhkan lidahnya ke liang memek Lidya, diperlakukan seperti itu Lidya cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Bakri begitu kokoh.

“Hei, jangan rakus dong Ndy, dia kan buat Pak Bakri, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana” kataku padanya.

Mengingat kembali sasarannya semula, Fandy menurunkan kembali kaki Lidya dan bergegas menuju ke kolam.

“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku.

Setelah Fandy keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Bakri langsung menghempaskan dirinya bersama Lidya ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Dian dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Dian terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Fandy. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Fandy, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.

“Jangan…tolong !!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Fandy.

Fandy dengan santai membawa Dian ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Dian terus berontak saat Fandy menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Dian tentu saja bukan tandingan Fandy yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Dian mengendur setelah Fandy mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Fandy menggerayangi tubuh Dian, tapi aku dapat melihat Fandy memeluk erat Dian sambil melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Bakri dan Lidya untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Dian, Lidya juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Bakri. Waktu aku menghampiri mereka Pak Bakri sedang menjilati paha mulus Lidya sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Lidya.

“Aduh Ci…tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini…ahhh !!” kata Lidya ditengah desahannya

“Tenang Lidya, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya

Aku berpagutan dengan Lidya beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Bakri mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Lidya secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok memeknya. Desahan Lidya tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.

“Hhhmmhh…tetek Neng Lidya ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng” kata Pak Bakri disela aktivitasnya.

Memang sih diantara kami bereempat, payudara Lidya termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok kontol mereka diantara himpitannya. Pak Bakri pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Lidya ditelan olehnya.

Puas menetek pada Lidya, Pak Bakri bersiap memasuki memek Lidya dengan kontolnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Lidya dia memegang kontolnya untuk diarahkan ke liang itu.

“Ouch…sakit Lidya, duh kasar banget sih babu lu” Lidya meringis dan mencengkram lenganku waktu kontol super Pak Bakri mendorong-dorongkan kontolnya dengan bernafsu

“Tahan Lidya, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Bakri.

Pak Bakri menyodokkan kontolnya dengan keras sehingga Lidya pun tidak bisa menahan jeritannya, Lidya kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Bakri mulai menggarap Lidya dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Lidya menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh…aku mendesah merasakan jari-jari Lidya menggerayangi kemaluanku.

Aku lalu naik ke wajah Lidya berhadapan dengan Pak Bakri yang sedang menggenjotnya. Lidya langsung menjilati kemaluanku dan Pak Bakri menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Lidya, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga toketku pun makin membusung Dian. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Lidya pada memekku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Lidya juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Bakri merambat naik dari toketku hingga hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.

“Aahh…oohh…gua dah mau…Pak !!” erang Lidya bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.

Melihat reaksi Lidya, Pak Bakri semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas toketnya. Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Lidya, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Lidya mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Lidya. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Bakri semakin liar.

Setelah aku ambruk ke samping, Pak Bakri menindih Lidya dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Lidya, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.

“Hhmmpphh…sluurrpp…cup…cup…” demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Bakri cukup pengertian akan kondisi Lidya yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir memekku dan menyentuhkan kepala kontolnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke memekku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Bakri sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Lidya terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan kontol sedangkan Lidya dikocok dengan jari-jarinya. Lidya membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Bakri bermain lebih leluasa.

“Aduhh…aahh…gila Lidya…enak banget !!” ceracauku sambil merem-melek

“Oohh…terus Pak…kocok terus” Lidya terus mendesah dan meremas-remas toketnya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

“Yak…dikit lagi…aahh…Pak…udah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks

“Neng Citra…Neng Lidya…bapak juga…mau keluar…eerrhh” geramnya dengan mempercepat gerakkannya.

Kontol itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan kontolnya dari memekku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Lidya berlutut dan mengoral kontolnya yang berlumuran cairan cintaku. Lidya berlutut mengemut kontol basah itu sambil tangan kanannya mengocok memeknya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Lidya menikmati kontol Pak Bakri. Lidya mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati ‘sosis’ itu.

Di tengah kulumannya mentoketk Lidya merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari memeknya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Bakri mencabut kontolnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, kontol itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan

“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini” katanya terbata-bata. Setelah tidak ada yang keluar lagi Lidya menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Bakri jatuh tepat di toket Lidya.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Dian dan Fandy. Aku tiba di kolam melihat Fandy sedang menggarap tubuh mungil Dian. Di daerah dangkal Dian dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Fandy dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot kontolnya pada memek Dian. Kedua payudara Dian bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Fandy yang buruk rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.

“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih ?” sapaku

“Edan Ci…gua sampe klimaks tiga kali…aahh !!” desah Dian tak karuan

“Neng….temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi” komentar Fandy sambil terus menggenjot.

Dian tak kuasa menahan rintihannya setiap Fandy menusukkan kontolnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan kontol penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Fandy menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah toketnya. Pinggul Dian naik turun berkali kali mengikuti gerakan Fandy. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Dian, Fandy memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.

“Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok sendiri”

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.

“Gila nih kontol, masih keras juga…udah keluar berapa kali tadi ?” tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih ‘lapar’ itu.

“Baru sekali tadi…abis saya masih nungguin neng sih” godanya saambil nyengir.

Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Dian yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.


Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba ke bawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Fandy ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala kontolnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Fandy mengehentakkan pinggulnya hingga kontolnya tertanam semua dalam memekku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...